Daftar Isi
Pleonasme ditandai dengan penggunaan kata yang berlebihan saat menyampaikan sebuah ide, yang mengakibatkan pengulangan atau redundansi. Meskipun digunakan dalam situasi tertentu, banyak orang yang menggunakannya tanpa menyadarinya. Ada beberapa contoh pleonasme yang populer yang harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari.
Lihat juga: Potret, potret atau bingkai potret: bagaimana Anda mengejanya?Ini bertindak baik sebagai kiasan, dalam pleonasme sastra dan disengaja, dan sebagai keburukan bahasa, dalam pleonasme yang kejam.
Pleonasme sastra sering kali digunakan dengan sengaja untuk menekankan makna yang diulang-ulang, sesuatu yang memberikan karakter liris atau puitis pada suatu ucapan tertentu, karena hal ini memperkuat makna yang dimaksudkan oleh penulisnya.
Lihat juga: 7 cara menggunakan cuka untuk cucianDalam kasus pleonasme setan, penggunaannya terjadi pada campuran istilah yang berbeda yang memiliki arti yang sama, menghasilkan pengulangan. Pengulangan ini tidak dimaksudkan sebagaimana yang seharusnya dalam sumber daya gaya bahasa, dan dicirikan oleh sifat buruk bahasa pengucapnya.
Dengan cara ini, ia mereproduksi istilah yang tidak perlu untuk menyampaikan gagasan yang sudah dipahami.
Untuk memahami lebih lanjut mengenai subjek ini, simak beberapa contoh pleonasme, terutama yang bersifat kejam, yang harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari.
11 contoh pleonasme yang harus dihindari dalam kehidupan sehari-hari
Contoh-contoh pleonasme berikut ini biasanya digunakan tanpa maksud dari si pengucap. Bagaimanapun juga, hal ini muncul karena kesalahan bahasa tertentu. Dalam lingkungan belajar atau bekerja, penting untuk berhati-hati agar tidak mengulanginya, karena secara tata bahasa tidak diperlukan. Lihatlah:
- masuk ke dalam;
- keluar;
- naik ke atas;
- ke bawah;
- tunda sampai nanti;
- kejutan yang tak terduga;
- alternatif lain;
- melihat dengan mata Anda;
- protagonis utama;
- tautan penghubung;
- hadapi secara langsung.
Jenis redundansi ini juga dapat terjadi ketika seseorang tidak menyadari atau mengetahui makna yang terkandung dalam kata-kata tertentu. Bahkan, penggunaan pleonasme pada kasus-kasus tertentu dapat dihentikan setelah mengetahui akar kata dalam bahasa Yunani dan Latin.
Oleh karena itu, jenis konstruksi ini harus dipahami untuk mencegah penggunaannya, terutama dalam modalitas tertulis. lihat:
- habitat alami;
- pendarahan darah;
- monopoli eksklusif;
- nyala api;
- kepastian mutlak;
- pilihan opsional;
- dompet publik;
- fakta yang benar;
- rilis baru;
- pidato singkat;
- penyelesaian akhir;
- gambaran besar;
- memenggal kepala.
Kasus-kasus pleonasme lainnya
Selain pleonasme ganas, sekali lagi, ada juga pleonasme literer, yang digunakan untuk memperkuat beberapa makna dalam pernyataan, yang berfungsi sebagai kiasan. Dengan karakter puitis, kita dapat mengamati penggunaannya dalam beberapa karya penulis populer, sebagai contoh:
- "Wahai laut yang asin, berapa banyak garammu/Apakah air mata Portugal!": Bait Fernando Pessoa menggunakan kata sifat "asin" secara berlebihan ketika menyertai "laut". Namun, dalam konstruksi tekstual, kata ini berfungsi secara puitis.
- "Me sorri a sorriso pontual": Chico Buarque menggunakan pleonasme dengan mengulang kata "sorriso", karena jika sudah ada informasi bahwa seseorang "sorri", maka istilah tersebut tidak perlu digunakan. Namun, konstruksi tersebut mencari kontekstualisasi dengan menyertai kata "pontual".
- "Aku hanya mencari kegelapan/Pemurnian di tengah malam/Malam yang hitam": dalam hal ini, Vange Leonel menggunakan gaya bahasa pleonasme dengan kata sifat "hitam", yang memperkuat gagasan kegelapan, yang telah disampaikan melalui "malam". Dengan rangkaian ini, memungkinkan untuk menciptakan suasana tertentu bagi para pembacanya.
- "Hujan turun dengan derasnya, hujan kepasrahan yang menyedihkan": di sini, Manuel Bandeira menggunakan istilah "hujan" secara berlebihan. Jika sudah "hujan", tidak perlu mengulang informasi, tetapi penggunaan "hujan sedih" berusaha untuk menciptakan sebuah konteks.
Dalam kasus pleonasme sastra, ada juga objek pleonastik, yang digunakan untuk menekankan objek langsung atau tidak langsung, dan dapat digunakan di awal kalimat, sehingga diulang kemudian dalam bentuk pronominal. Lihat contohnya:
- "Cintaku, aku mengakuinya": dalam kalimat ini, objek langsung "cintaku" diulang setelah kata kerja "aku mengakuinya." Melalui pengulangan ini, memungkinkan untuk menekankan ide kalimat.
- "Anda tidak menipu saya": di sini, penulis Miguel Torga mengulangi objek tidak langsung "saya", membawanya kembali melalui kata ganti "saya".